Sunday, May 3, 2015

PANDANGAN HIDUP SEORANG PLATO

TUGAS IV
ILMU BUDAYA DASAR
PANDANGAN HIDUP PLATO

Dosen                   : Auliya Ar Rahma


Oleh
Nama           :Trinada Willya Citra
NPM            : 1A114872
Kelas           : 1KA08

SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER TEKNOLOGI INFORMASI
MEI 2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar.Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.

Filsafat, terutama filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan, dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka, dan tidak menggantungkan diri kepada agama untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani, dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.

Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar adalah Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.Buku karangan Plato yg terkenal adalah berjudul "etika, republik, apologi, phaedo, dan krito".

Zaman Yunani kuno merupakan zaman keemasan filsafat. Karena pada masa ini manusia bebas dalam mengeluarkan ide-ide dan pendapat mereka dan menjadikan mereka mampu berpikir secara kritis. Pada zaman Yunani kuno tokoh filsafatnya dikenal dengan nama filsuf. Banyak sekali filsuf-filsuf dari zaman Yunani kuno, hingga modern. Di dalam makalah ini membahas salah satu filsuf dari zaman Yunani kuno yang bernama Plato (429-347 SM), yang sekaligus merupakan murid dari Socrates.

A.    Rumusan Masalah
a.       Biografi tokoh filsuf Plato
b.      Pandangan Hidup Menurut Plato



BAB II
ISI

A.    Biografi Plato

Plato merupakan salah satu filsuf yang terlahir di Atena pada tahun427 SM, dan meninggal pada tahun 347 SM di Atena pula pada usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aritokrasi yang turun temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Ia bercita-cita menjadi orang Negara, tapi perkembangan politik dimasanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diinginkannya itu.

Namanya bermula Aristokles, Plato merupakan nama pemberian gurunya. Ia memperoleh nama itu karena bahunya yang lebar sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap raut mukanya, potongan tubuhnya serta parasnya yang elok. Pelajaran yang diperolehnya dimasa kecil, selain pelajaran umum adalah menggambar dan melukis disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebalum dia dewasa dia sudah pandai membuat karangan yang bersajak. Dimasa itu Plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi, pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari Kratylos. Kratylos dahulunya adalah murid Herakleitos yang mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air. Sejak umur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Sokrates dan pelajaran itulah yang memberikan kepuasan baginya.

Pengaruh Sokrates makin hari makin mendalam padanya, ia menjadi murid Sokrates yang setia sampai pada akhir hidupnya Sokrates tetap menjadi pujaannya. Dalam segala karangannya yang berbentuk dialog, bersoal jawab. Sokrates kedudukannya sebagai pujangga yang menuntun, dengan cara begitu ajaran Plato tergambar keluar melalui mulut Sokrates. Setelah pandangan filosofinya sudah jauh menyimpang dan sudah lebih lanjut dari pandangan gurunya. Sokrates digambarkannya sebagai guru bahasa isi hati riwayat di Atena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti. Kekuasaan demokrasi yang meluap menjadi anarki dan sewenang-wenang digantikan berturut-turut oleh kekuasaan seorang tiran dan oligarki, yang akhirnya membawa Atena lenyap ke bawah kekuasaan asing.

Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai menyatukan puisi dan ilmu seni filosofi. Pandangan yang mendalam dan abstrak sekalipun dapat dilukiskannya dengan gaya bahasa yang indah. Tidak ada seorang filosof sebelumnya dapat menandinginya dalam hal ini. Hukuman yang ditimpakan itu dipandangnya suatu perbuatan zalim meminum racun, besar sekali pengaruhnya atas pandangan hidup Plato Sokrates dimatanya adalah seorang yang jujur dan adil orang yang tak pernah salah.

Sepanjang sejarah, karya-karya Platon diedit dan disalin ulang. Meski tanpa mesin cetak, para penulis dengan tekun menyalin ulang teks-teks Platon. Dan berkat tradisi salinan tangan Bizantium kita dapat merasakan karya-karya Plato sampai saat ini. Berikut ini adalah karya-karya Platon yang oleh para ahli dianggap otentik:

1.      Masa Muda (399-390 SM)
Gorgias, Menon, Euthydemos, Lysis, menexenos, Kratylos.
Karya ini dibuat saat Akademia sudah berdiri. Disini masih ada pengaruh pemikiran sokratik, tetapi ide-ide Plato mulai keluar seperti pengetahuan lewat anamnesis dan pentingnya pengetahuan matematis.

2.      Dewasa ( 385-370 SM)
Phaidon, Symposion, Politeria, Phaidros, Republica
Phaidon membahas konsep jiwa dan kekekalannya, Symposion membahas eros, politeria beridealisasi tentang pembaharuan polis dan prinsip-prinsip kebaikan politik, sementara Phaidros berupa kritik atas retorika yang dihubungkan dengan teori tentang jiwa.

3.      Masa Tua (370-348 SM)
Theaitetos, Parmenides, Sophistes, Politikos,Timaios, Kritias, Philebos, Nomoi, Surat VII.

Theaitetos memberikan definisi pengetahuan serta mengkritik konsepsi pengetahuan dari Herakleitos dan Protagoras, Sophistes dan Parmenides membahas ontologi dan epistimologi khas Platonisian dalam debatnya dengan Eleatisme, Philebos bebicara tentang hidup yang baik, Timaios adalah fisikanya platon, dan Nomoi memberikan sistem Politik paling komplit yang pernah dibuat oleh seorang filsuf.

Plato dikenal sebagai filsuf yang memiliki peringkat terdepan sepanjang masa, yang menggunakan filsafat panjang, yang berarti cinta pengetahuan. Ia adalah seorang pemikir yang lebih sistematis dan positif dari socrates. Namun tulisan serta dialog – dialog sebelumnya, dapat disebut sebagai kelanjutan dan elaborasi dari wawasan Sokrates.

A.    Pandangan Hidup Menurut Plato

Ajaran Plato tentang etika kurang lebih mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis. Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam polis, ia menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan bukan physis/kodrat.

 Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk sosial, dengan demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau Negara. Menurut Plato negara terbentuk atas dasar kepentingan yang bersifat ekonomis atau saling membutuhkan antara warganya maka terjadilah suatu spesialisasi bidang pekerjaan, sebab tidak semua orang bisa mengerjakaan semua pekerjaan dalam satu waktu. Polis atau negara ini dimungkinkan adanya perkembangan wilayah karena adanya pertambahan penduduk dan kebutuhanpun bertambah sehingga memungkinkan adanya perang dalam perluasan ini.

Dalam menghadapi hal ini maka di setiap negara harus memiliki penjaga-penjaga yang harus dididik khusus.Menurut Plato asal mula tebentuknya suatu negara karena adanya keinginan dan kebutuhan yang dapat terpenuhi apabila mereka bersatu dan bekerja sama, agar keterbatasan atau kekurangan mereka dapat terpenuhi. Maka dari itu sistem pelayanan dalam suatu negara harus dapat bertanggung jawab, saling membantu, menerima dan memberi serta dpat memperhatikan kebutuhan antar manusia. Dengan demikian bahwa negara ideal Plato bukanlah negara khayalan.

Nilai-nilai atau pandangan Plato pada dasarnya adalah pandangan tentang kebajikan  sebagai dasar negara ideal, ajaran Socrates kebajikan pengetahuan adalah diterima secara taken for granted.

Ciri dari negara yang bijak itu adalah dipimpin oleh rezim aristokrat. Yang dimaksud aristokrat di sini bukannya aristokrat yang diukur dari takaran kualitas, yaitu pemerintah yang digerakkan oleh putera terbaik dan terbijak dalam negeri itu. Orang-orang ini mesti dipilih bukan lewat pungutan suara penduduk melainkan lewat proses keputusan bersama. Orang-orang yang sudah jadi anggota penguasa atau disebut “guardian” harus menambah orang-orang yang sederajat semata-mata atas dasar pertimbangan kualitas.

Menurut Plato negara ideal menganut prinsip yang mementingkan kebajikan. Kebajikan menurut Plato adalah pengetahuan. Apapun yang dilakukan atas nama Negara harus dengan tujuan untuk mencapai kebajikan, atas dasar itulah kemudian Plato memandang perlunya kehidupan bernegara. Tidak ada cara lain menurut Plato untuk membanguan pengetahuan kecuali dengan lembaga-lembaga pendidikan,  inilah yang kemudian memotivasi Plato untuk mendirikan sekolah dan akademi pengetahuan.

Negara ideal menurut Plato juga didasarkan pada prinsip-prinsip larangan atas kepemilikan pribadi, baik dalam bentuk uang atau harta, keluarga, anak dan istri inilah yang disebut nihilism. Dengan adanya hak atas kepemilikan menurut filsuf ini akan tercipta kecemburuan dan kesenjangan sosial yang menyebabkan semua orang untuk menumpuk kekayaannya, yang mengakibatkan kompetisi yang tidak sehat. Anak yang baru lahir tidak boleh diasuh oleh ibu yang melahirkan tapi itu dipelihara oleh Negara, sehinga seorang anak tidak tahu ibu dan bapaknya, diharapkan akan menjadi manusia yang unggul, yang tidak terikat oleh ikatan keluarga dan hanya memiliki loyalitas mati terhadap negara.

Dari Plato ini, pemikiran demokrasi berawal. Dalam perkembangannya kemudian memunculkan berbagai konsep tentang negara dan demokrasi. Hanya saja, seluruh konsep itu hancur dalam perang Philopo antara Sparta dan Athena. Hancurnya Athena ikut menenggelamkan Yunani yang pada abad-abad berikutnya munculan kekuasaan Romawi. Yang menarik, Yunani tidak mengenal individualitas dalam demokrasi. Hak-hak individual tidak dikenal dalam demokrasi Athena. Masyarakatnya adalah masyatakat kolektif yang disebut community yang maknanya sama dengan Polis. Jadi Polis itu gabungan negara yang di dalamnya ada pemerintahan (Condominium), ada banyak polis termasuk di dalamnya Athena dan Sparta yang kemudian mengembangkan konsep militerisme.

Di Negara demokrasi setiap orang berhak dan memiliki kebebasan dalam melakukan apa yang dikehendakinya, tanpa ada kontrol yang ketat dari negara, karena adanya kebebasan setiap orang berhak dalam mengkritik orang lain, terlepas apakah yang di kritik tersebut rakyat atau negara. Bila kekuatan saling mengkritik tanpa adanya control pemerintah, maka akan  menimbulkan kekacauan sosial.

Plato tidak begitu mementingkan adanya undang-undang dasar yang bersifat umum, sebab menurutnya keadaan itu terus berubah-ubah dan peraturan itu sulit disama-ratakan itu semua tergantung masyarakat yang ada di polis tersebut.Adapun negara yang diusulkan oleh Plato berbentuk demokrasi dengan monarkhi, karena jika hanya monarkhi maka akan terlalu banyak kelaliman, dan jika terlalu demokrasi maka akan terlalu banyak kebebasan, sehingga perlu diadakan penggabungan, dan negara ini berdasarkan pada pertanian bukan perdagangan. Hal ini dimaksudkan menghindari nasib yang terjadi di Athena.


BAB III
KESIMPULAN

Plato mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis. Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam polis, ia menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan bukan physis/kodrat.

 Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk sosial, dengan pandangan nya yang demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau Negara.

Plato Sejak muda, ia bercita-cita untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diinginkannya. Plato menyaksikan betapa negara menjadi rusak dan buruk akibat penguasa yang korup, sedangkan bagi Plato negara dan manusia memiliki persamaan, Maksudnya adalah masalah molaritas harus di utamakan serta menjadi hakiki di dalam negara. Begitu juga manusia dalam menjadi penguasa di Negara.

Dengan di latar belakangi pada masa plato terjadi perang Philopo antara Sparta dan Athena dan juga perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan untuk mengikuti jalan hidup sesuai dengan keinginan maka plato mengusulkan negara berbentuk demokrasi dengan monarkhi, karena jika hanya monarkhi maka akan terlalu banyak kelaliman, dan jika terlalu demokrasi maka akan terlalu banyak kebebasan, sehingga perlu diadakan penggabungan, dan negara ini berdasarkan pada pertanian bukan perdagangan. Hal ini dimaksudkan menghindari nasib yang terjadi di Athena.


DAFTAR PUSTAKA



kolom-biografi.blogspot.com

No comments: