TUGAS IV
ILMU BUDAYA DASAR
PANDANGAN
HIDUP PLATO
Dosen : Auliya Ar Rahma
Oleh
Nama :Trinada Willya Citra
NPM : 1A114872
Kelas : 1KA08
SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
TEKNOLOGI INFORMASI
MEI 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Filsafat
adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara
kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar.Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Filsafat,
terutama filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M..
Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan, dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka, dan tidak menggantungkan
diri kepada agama untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak
yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani, dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya
sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta
pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Orang
Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang
di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar adalah
Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan
Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah
filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini
menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.Buku
karangan Plato yg terkenal adalah berjudul "etika, republik, apologi,
phaedo, dan krito".
Zaman
Yunani kuno merupakan zaman keemasan filsafat. Karena pada masa ini manusia
bebas dalam mengeluarkan ide-ide dan pendapat mereka dan menjadikan mereka
mampu berpikir secara kritis. Pada zaman Yunani kuno tokoh filsafatnya dikenal
dengan nama filsuf. Banyak sekali filsuf-filsuf dari zaman Yunani kuno, hingga
modern. Di dalam makalah ini membahas salah satu filsuf dari zaman Yunani kuno
yang bernama Plato (429-347 SM), yang sekaligus merupakan murid dari Socrates.
A.
Rumusan Masalah
a. Biografi
tokoh filsuf Plato
b. Pandangan Hidup Menurut Plato
BAB II
ISI
A. Biografi
Plato
Plato merupakan salah
satu filsuf yang terlahir di Atena pada tahun427 SM, dan meninggal pada tahun
347 SM di Atena pula pada usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aritokrasi
yang turun temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Ia
bercita-cita menjadi orang Negara, tapi perkembangan politik dimasanya tidak
memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diinginkannya itu.
Namanya
bermula Aristokles, Plato merupakan nama pemberian gurunya. Ia memperoleh nama
itu karena bahunya yang lebar sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap
raut mukanya, potongan tubuhnya serta parasnya yang elok. Pelajaran yang
diperolehnya dimasa kecil, selain pelajaran umum adalah menggambar dan melukis
disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebalum dia dewasa dia sudah pandai
membuat karangan yang bersajak. Dimasa itu Plato mendapat didikan dari guru-guru
filosofi, pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari Kratylos. Kratylos
dahulunya adalah murid Herakleitos yang mengajarkan “semuanya berlalu” seperti
air. Sejak umur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Sokrates dan pelajaran
itulah yang memberikan kepuasan baginya.
Pengaruh Sokrates makin
hari makin mendalam padanya, ia menjadi murid Sokrates yang setia sampai pada
akhir hidupnya Sokrates tetap menjadi pujaannya. Dalam segala karangannya yang
berbentuk dialog, bersoal jawab. Sokrates kedudukannya sebagai pujangga yang
menuntun, dengan cara begitu ajaran Plato tergambar keluar melalui mulut
Sokrates. Setelah pandangan filosofinya sudah jauh menyimpang dan sudah lebih
lanjut dari pandangan gurunya. Sokrates digambarkannya sebagai guru bahasa isi
hati riwayat di Atena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti.
Kekuasaan demokrasi yang meluap menjadi anarki dan sewenang-wenang digantikan
berturut-turut oleh kekuasaan seorang tiran dan oligarki, yang akhirnya membawa
Atena lenyap ke bawah kekuasaan asing.
Plato mempunyai
kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai menyatukan puisi dan
ilmu seni filosofi. Pandangan yang mendalam dan abstrak sekalipun dapat
dilukiskannya dengan gaya bahasa yang indah. Tidak ada seorang filosof sebelumnya
dapat menandinginya dalam hal ini. Hukuman yang ditimpakan itu dipandangnya
suatu perbuatan zalim meminum racun, besar sekali pengaruhnya atas pandangan
hidup Plato Sokrates dimatanya adalah seorang yang jujur dan adil orang yang
tak pernah salah.
Sepanjang sejarah,
karya-karya Platon diedit dan disalin ulang. Meski tanpa mesin cetak, para
penulis dengan tekun menyalin ulang teks-teks Platon. Dan berkat tradisi
salinan tangan Bizantium kita dapat merasakan karya-karya Plato sampai saat
ini. Berikut ini adalah karya-karya Platon yang oleh para ahli dianggap
otentik:
1. Masa
Muda (399-390 SM)
Gorgias,
Menon, Euthydemos, Lysis, menexenos, Kratylos.
Karya
ini dibuat saat Akademia sudah berdiri. Disini masih ada pengaruh pemikiran
sokratik, tetapi ide-ide Plato mulai keluar seperti pengetahuan lewat anamnesis
dan pentingnya pengetahuan matematis.
2. Dewasa
( 385-370 SM)
Phaidon,
Symposion, Politeria, Phaidros, Republica
Phaidon
membahas konsep jiwa dan kekekalannya, Symposion membahas eros, politeria
beridealisasi tentang pembaharuan polis dan prinsip-prinsip kebaikan politik,
sementara Phaidros berupa kritik atas retorika yang dihubungkan dengan teori
tentang jiwa.
3. Masa
Tua (370-348 SM)
Theaitetos, Parmenides,
Sophistes, Politikos,Timaios, Kritias, Philebos, Nomoi, Surat VII.
Theaitetos
memberikan definisi pengetahuan serta mengkritik konsepsi pengetahuan dari
Herakleitos dan Protagoras, Sophistes dan Parmenides membahas ontologi dan
epistimologi khas Platonisian dalam debatnya dengan Eleatisme, Philebos bebicara
tentang hidup yang baik, Timaios adalah fisikanya platon, dan Nomoi memberikan
sistem Politik paling komplit yang pernah dibuat oleh seorang filsuf.
Plato dikenal sebagai
filsuf yang memiliki peringkat terdepan sepanjang masa, yang menggunakan
filsafat panjang, yang berarti cinta pengetahuan. Ia adalah seorang pemikir
yang lebih sistematis dan positif dari socrates. Namun tulisan serta dialog –
dialog sebelumnya, dapat disebut sebagai kelanjutan dan elaborasi dari wawasan
Sokrates.
A. Pandangan
Hidup Menurut Plato
Ajaran Plato tentang
etika kurang lebih mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan
hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis. Ia tetap
memihak pada cita-cita Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia serentak juga
berarti hidup dalam polis, ia menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos/adat
kebiasaan saja dan bukan physis/kodrat.
Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya
bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk sosial, dengan demikian
manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau Negara. Menurut Plato negara
terbentuk atas dasar kepentingan yang bersifat ekonomis atau saling membutuhkan
antara warganya maka terjadilah suatu spesialisasi bidang pekerjaan, sebab
tidak semua orang bisa mengerjakaan semua pekerjaan dalam satu waktu. Polis
atau negara ini dimungkinkan adanya perkembangan wilayah karena adanya
pertambahan penduduk dan kebutuhanpun bertambah sehingga memungkinkan adanya
perang dalam perluasan ini.
Dalam menghadapi hal
ini maka di setiap negara harus memiliki penjaga-penjaga yang harus dididik
khusus.Menurut Plato asal mula tebentuknya suatu negara karena adanya keinginan
dan kebutuhan yang dapat terpenuhi apabila mereka bersatu dan bekerja sama,
agar keterbatasan atau kekurangan mereka dapat terpenuhi. Maka dari itu sistem
pelayanan dalam suatu negara harus dapat bertanggung jawab, saling membantu,
menerima dan memberi serta dpat memperhatikan kebutuhan antar manusia. Dengan
demikian bahwa negara ideal Plato bukanlah negara khayalan.
Nilai-nilai atau
pandangan Plato pada dasarnya adalah pandangan tentang kebajikan sebagai dasar negara ideal, ajaran Socrates
kebajikan pengetahuan adalah diterima secara taken for granted.
Ciri dari negara yang
bijak itu adalah dipimpin oleh rezim aristokrat. Yang dimaksud aristokrat di
sini bukannya aristokrat yang diukur dari takaran kualitas, yaitu pemerintah
yang digerakkan oleh putera terbaik dan terbijak dalam negeri itu. Orang-orang
ini mesti dipilih bukan lewat pungutan suara penduduk melainkan lewat proses
keputusan bersama. Orang-orang yang sudah jadi anggota penguasa atau disebut
“guardian” harus menambah orang-orang yang sederajat semata-mata atas dasar
pertimbangan kualitas.
Menurut Plato negara
ideal menganut prinsip yang mementingkan kebajikan. Kebajikan menurut Plato
adalah pengetahuan. Apapun yang dilakukan atas nama Negara harus dengan tujuan
untuk mencapai kebajikan, atas dasar itulah kemudian Plato memandang perlunya
kehidupan bernegara. Tidak ada cara lain menurut Plato untuk membanguan pengetahuan
kecuali dengan lembaga-lembaga pendidikan,
inilah yang kemudian memotivasi Plato untuk mendirikan sekolah dan
akademi pengetahuan.
Negara ideal menurut
Plato juga didasarkan pada prinsip-prinsip larangan atas kepemilikan pribadi,
baik dalam bentuk uang atau harta, keluarga, anak dan istri inilah yang disebut
nihilism. Dengan adanya hak atas kepemilikan menurut filsuf ini akan tercipta
kecemburuan dan kesenjangan sosial yang menyebabkan semua orang untuk menumpuk
kekayaannya, yang mengakibatkan kompetisi yang tidak sehat. Anak yang baru
lahir tidak boleh diasuh oleh ibu yang melahirkan tapi itu dipelihara oleh
Negara, sehinga seorang anak tidak tahu ibu dan bapaknya, diharapkan akan
menjadi manusia yang unggul, yang tidak terikat oleh ikatan keluarga dan hanya
memiliki loyalitas mati terhadap negara.
Dari Plato ini,
pemikiran demokrasi berawal. Dalam perkembangannya kemudian memunculkan
berbagai konsep tentang negara dan demokrasi. Hanya saja, seluruh konsep itu
hancur dalam perang Philopo antara Sparta dan Athena. Hancurnya Athena ikut
menenggelamkan Yunani yang pada abad-abad berikutnya munculan kekuasaan Romawi.
Yang menarik, Yunani tidak mengenal individualitas dalam demokrasi. Hak-hak individual
tidak dikenal dalam demokrasi Athena. Masyarakatnya adalah masyatakat kolektif
yang disebut community yang maknanya sama dengan Polis. Jadi Polis itu gabungan
negara yang di dalamnya ada pemerintahan (Condominium), ada banyak polis
termasuk di dalamnya Athena dan Sparta yang kemudian mengembangkan konsep militerisme.
Di Negara demokrasi
setiap orang berhak dan memiliki kebebasan dalam melakukan apa yang
dikehendakinya, tanpa ada kontrol yang ketat dari negara, karena adanya
kebebasan setiap orang berhak dalam mengkritik orang lain, terlepas apakah yang
di kritik tersebut rakyat atau negara. Bila kekuatan saling mengkritik tanpa
adanya control pemerintah, maka akan
menimbulkan kekacauan sosial.
Plato tidak begitu
mementingkan adanya undang-undang dasar yang bersifat umum, sebab menurutnya
keadaan itu terus berubah-ubah dan peraturan itu sulit disama-ratakan itu semua
tergantung masyarakat yang ada di polis tersebut.Adapun negara yang diusulkan
oleh Plato berbentuk demokrasi dengan monarkhi, karena jika hanya monarkhi maka
akan terlalu banyak kelaliman, dan jika terlalu demokrasi maka akan terlalu
banyak kebebasan, sehingga perlu diadakan penggabungan, dan negara ini
berdasarkan pada pertanian bukan perdagangan. Hal ini dimaksudkan menghindari
nasib yang terjadi di Athena.
BAB III
KESIMPULAN
Plato
mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik, dan
hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis. Ia tetap memihak pada cita-cita
Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam
polis, ia menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan
bukan physis/kodrat.
Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya
bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk sosial, dengan pandangan nya
yang demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau Negara.
Plato
Sejak muda, ia bercita-cita untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan
politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup
yang diinginkannya. Plato menyaksikan betapa negara menjadi rusak dan buruk
akibat penguasa yang korup, sedangkan bagi Plato negara dan manusia memiliki
persamaan, Maksudnya adalah masalah molaritas harus di utamakan serta menjadi
hakiki di dalam negara. Begitu juga manusia dalam menjadi penguasa di Negara.
Dengan
di latar belakangi pada masa plato terjadi perang Philopo antara Sparta dan
Athena dan juga perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan untuk
mengikuti jalan hidup sesuai dengan keinginan maka plato mengusulkan negara berbentuk
demokrasi dengan monarkhi, karena jika hanya monarkhi maka akan terlalu banyak
kelaliman, dan jika terlalu demokrasi maka akan terlalu banyak kebebasan,
sehingga perlu diadakan penggabungan, dan negara ini berdasarkan pada pertanian
bukan perdagangan. Hal ini dimaksudkan menghindari nasib yang terjadi di
Athena.
DAFTAR PUSTAKA
kolom-biografi.blogspot.com